Selasa, 24 April 2012

Glodok, tak cuma sekedar pecinan Jakarta (bisa menjadi tempat nongkrong atau jalan-jalan)

Glodok tempo dulu
Berbicara mengenai sejarah Jakarta, mungkin kita akan langsung tertuju pada Kota Tua atau Old Batavia/Jakarta Oldies. Ternyata, ada bagian tak terpisahkan tentang sejarah Jakarta pada jaman penjajahan Belanda, yaitu kaum Thionghoa.

Glodok, yang sekarang merupakan pusat bisnis di Jakarta Utara, dahulu merupakan salah satu pusat pemukiman kaum Thionghoa pada jaman penjajahan Belanda. Namun demikian, semenjak pemberontakan kamu Thionghoa pada tahun 1740, barulah Glodok menjadi pusat konsentrasi perkampungan mereka. Setelah pemberontakan telah ditangani, kaum Thionghoa tidak diperkenankan kembali tinggal di dalam tembok kota. Glodok, ditetapkan oleh pemerintahan kolonial Belanda sebagai kampung Thionghoa yang kemudian menjelma menjadi Pecinan dan pusat perdagangan.

Banyak peninggalan kebudayaan Thionghoa pada jaman pemerintahan kolonial Belanda. Peninggalan-peninggalan tersebut diantaranya adalah "Rumah Keluarga Souw", "Kelenteng Hong San Bio", dan  "Gereja Santa Maria De Fatima".





Rumah Keluarga Souw

Rumah Keluarga Souw terletak di Jalan Patekoan, yang memiliki arti jalan delapan teko atau poci. Bangunan rumah ini memiliki gaya yang unik yaitu dengan pagar rumah yang tinggi hampir menutupi halaman gedung dan bentuk atap yang khas yaitu gaya atap ekor walet.

Rumah Keluarga Souw

Rumah ini dimiliki oleh Keluarga Souw. Anggota keluarga yang terkenal dari keluarga ini adalah Souw Siauw Tjong dan Souw Siauw Keng. Souw Siauw Tjong merupakan orang yang sangat kaya raya waktu itu. Dia memiliki tanah yang luas di Paroeng Koeda, Kedawoeng Oost (Wetan), dan Ketapang.

Kelenteng Hong San Bio

Kelenteng Hong San Bio juga memiliki nama lain Kelenteng Duta Besar dan digunakan untuk memuja Dewa Toa Se Kong atau Paduka Duta Besar. Kelenteng ini terletak di jalan Kemenangan III atau dahulu bernama jalan Toa se Bio.

Kelenteng Hong San Bio




Gereja Santa Maria De Fatima

 Gereja unik ini sekilas mirip dengan kelenteng, terlebih bagi kaum awam. Gereja Santa Maria De Fatima terletak di jalan Kemenangan III/47 Jakarta Barat. Sebelumnya, pelayanan dalam gereja ini adalah menggunakan bahasa Thionghoa, namun sekarang telah berubah menjadi bahasa thionghoa dan bahasa Indonesia. Gereja Santa Maria De Fatima dahulu merupakan kediaman pribadi Luitenant Der Chinezen yang bernama Tjioe. Tidak ada catatan sejarah mengenai kapan bangunan ini dibangun. Hanya diketahui bahwa bangunan ini dijual kepada umum saat komunis menguasai Indonesia pada tahun 1949.

Gereja Santa Maria De Fatima


aji

Tidak ada komentar:

Posting Komentar