Kamis, 20 September 2012
-Hiruk pikuk, gegap gempita Pemilu Kepala Daerah DKI Jakarta-
sesuai edaran KPUD, semua instansi dan kantor di Jakarta diwajibkan meliburkan karyawannya.
Kamis s.d. Sabtu, 20 s.d. 22 September 2012 kami, saya dan sahabat karib saya "Ryan" berkesempatan untuk mengunjungi negeri tetangga, Malaysia. Alhamdulillah, dapat tiket murah Mandala Tiger Airways Jakarta-Kualalumpur PP Rp600rb/person. Hotel pun kami booking dari Jakarta, satu malam di KL Sentral "My Hotel Brieckfield" Rp300rb/room/shared dan satu malam di Melaka "Riverone Guest House" Rp130rb/room/shared. Total untuk pesawat dan hotel per orang sekitar Rp865rb. Sangat murah......
Day 1, 20 September 2012, Kuala Lumpur
Sekitar pukul 6pm waktu setempat kami tiba di Low Cost Carrier Terminal (LCCT) yaitu bandara khusus untuk penerbangan berbiaya murah. *catatan: sistem transportasi di Malaysia sangat bagus, anda tidak perlu pusing memikirkan jadwal dan kepastian waktu. Selanjutnya, kami menaiki bis di shelter bus LCCT yang hampir seluruhnya menuju terminal terpadu KL Sentral. Tiket bis bisa kami beli on the spot seharga RM8. Harga di agen, on the spot maupun di calo sama yaitu RM8, seru ya... kalo di Indonesia, harga calo bisa jadi RM15 tuh. Tak lama menunggu, walaupun bus tidak penuh, bus langsung berangkat ke KL Sentral. Luar biasanya, bus-bus di Malaysia tidak berhenti di tengah jalan untuk menaikkan atau menurunkan penumpang. Kalau di Indonesia? you can answer it, haha.... Bad. Sekitar satu jam kita sampai di KL Sentral. Seperti yang kita bayangkan sebelumnya, wauuuu...... terminal terpadu KL Sentral ini sepertinya persis dengan Bandara Internasional Hang Nadim Batam. Parah yak.... Luar biasa bagus!! Semua moda transportasi darat KL terintegrasi disini, baik KTM, monorail, LRT, Metro Bus, dan Bus jarak jauh semuanya rapi disini. Bahkan tiket sudah dijual secara automatic (khusus KTM, monorail dan LRT) dan telah memiliki jadwal keberangkatan yang ON TIME.
Setelah puas melihat-lihat KL Sentral, kita menuju ke hotel kita menginap di Kuala Lumpur yang ternyata hanya 300 meter dari KL Sentral. How lucky we are.... Perjalanan berlanjut mengingat waktu sudah malam dan kita harus segera mencapai Petronas Tower sebelum layanan monorai tutp pada jam 11 pm waktu setempat. Kami pun langsung menuju KL Sentral, kemudian mencari-cari peta perjalanan monorail dari KL Sentral-Petronas Tower. Selanjutnya kita membeli tiket monorail, dan krik... krik... saking majunya moda transportasi di KL, kita pun bingung bagaimana cara membeli tiket elektronik monorail. As information, they dont sell manual ticket anyway for monorail, so you have to buy it electronically. Setelah bertanya-tanya kepada petugas terminal, kita pun akhirnya bisa membeli itu tiket dan cauuu.... ke Petronas. Nanana... dududu..... akhirnya nyampai juga di Petronas. Saya kira Petronas sekitarnya itu akan se "wauu" apa gitu, ternyata biasa saja... hanya gedung tinggi kembar, dengan pusat perbelanjaan mewah, serta fasilitas publik lain yang menurut saya, not an extraordinary lha.. kota nya pun sepi, gak se-vibrant Jakarta tepatnya, KL itu sepi... slow.... kaku... *menurut saya
Setelah gak terlalu puas dengan Petronas Tower, kita kembali ke Brieckfield untuk nyari makan malam. Kita bingung mau makan apa disana, hanya ada tiga pilihan, makanan Cina, Arab atau India. Pertama kita ke warung masakan Cina, dari baunya sudah menggoda, tapi dengan penjual yang tidak ramah, kita jadi sangsi apakah makanan itu halal atau tidak. Alhasil kita pun "terpaksa" makan di warung Arab yang sebenarnya kita gak terlalu suka. Whatever lah, yang penting makan, walaupun pas ngliat menu-menunya saja sudah eneg. Akhirnya kita memilih nasi goreng dengan ayam goreng. What the... nasi goreng yang kita pesan ternyata porsinya jumbo, rasanya gak enak, cuma kerasa minyak-minyaknya saja. Ayam goreng nya pun gak kalah gak enak, hambar, cuma sekedar ayam yang digoreng agak gosong tanpa bumbu. Cukup mengenaskan lha pengalaman kita... but, we were excited lha... tetep!! :D
bersambung
Setelah gak terlalu puas dengan Petronas Tower, kita kembali ke Brieckfield untuk nyari makan malam. Kita bingung mau makan apa disana, hanya ada tiga pilihan, makanan Cina, Arab atau India. Pertama kita ke warung masakan Cina, dari baunya sudah menggoda, tapi dengan penjual yang tidak ramah, kita jadi sangsi apakah makanan itu halal atau tidak. Alhasil kita pun "terpaksa" makan di warung Arab yang sebenarnya kita gak terlalu suka. Whatever lah, yang penting makan, walaupun pas ngliat menu-menunya saja sudah eneg. Akhirnya kita memilih nasi goreng dengan ayam goreng. What the... nasi goreng yang kita pesan ternyata porsinya jumbo, rasanya gak enak, cuma kerasa minyak-minyaknya saja. Ayam goreng nya pun gak kalah gak enak, hambar, cuma sekedar ayam yang digoreng agak gosong tanpa bumbu. Cukup mengenaskan lha pengalaman kita... but, we were excited lha... tetep!! :D
bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar