Awal tahun 2014 dimulai dengan perjalanan ke Bali. Akhirnya bisa ke Bali setelah sekian lama berencana pergi kesana yang katanya seperti Tanah para Dewa. Melihat Bali memang luar biasa, apalagi memiliki sahabat dekat yang memang asli dan tinggal di Bali. Alhasil mengelilingi Bali pun serasa menikmati Bali dari sisi yang lain, bukan sebagai turis, tapi sebagai sahabat seorang anak Bali.
Selama tiga hari mengelilingi Bali, kita berhasil mengitari Denpasar, Pecatu, Nusa Dua, Kuta, Ubud, Kintamani, dan Klungkung. Dari sekian tempat, ada satu titik yang menurutku luar biasa indahnya. Tak heran tanah ini dijuluki sebagai Tanah para Dewa. Kintamani.....
Sampai di Kintamani setelah melalui perjalanan satu jam dari Ubud, spot turis sangat ramai, parkir penuh. Akhirnya kita memutuskan untuk ke Trunyan. Banyak yang menawarkan kita ke Trunyan memakai boat menyebrangi danau Batur. Perjalanan dari Kintamani ke Trunyan dengan Boat sebenarnya hanya memerlukan waktu 30 menit. Namun karena kita selalu ingin melakukan hal yang berbeda, kita memilih menggunakan jalur darat dengan mengitari sisi danau Batur sebelah timur. Sahabat saya yang asli Bali, tidak mengetahui persis jalur darat ini, sehingga kita pun nekad!.
Ternyata dugaan kita jauh dari apa yang kita bayangkan. Pinggiran danau yang kita kira landai dan lurus, ternyata terjal, naik turun dan kadang menemui jalan yang sempit dan curam sehingga tak jarang beberapa kali mobil tua kita harus berpepetan dengan mobil dari arah berlawanan. Bayangkan saja sebuah jalan kecil naik turun, disisi kanan tebing dan disisi kiri adalah danau. Namun demikian, ada sesuatu hal yang tak ternilai harganya, yang tak bisa didapatkan apabila kita pergi ke Trunyan menggunakan boat. Pemandangan danau batur, gunung batur, dan gunung pasir seolah menyatu menjadi mozaik indah yang diciptakan oleh Tuhan. Terlebih dilengkapi dengan landscape tebing di sisi kanan jalan yang breataking, area kebun warga di sisi kiri jalan yang subur dan hijau, keramahtamahan warga lokal dengan keaslian budayanya, serta rumah-rumah asli warga Bali. Semua indah, hijau, sejuk, dan menenangkan hati. Masyarakat Trunyan yang penuh senyum ketika kita menyapa mereka melengkapi semua keindahannya. Bagi kalian yang ingin ke Trunyan - Kintamani dan menginginkan suasana yang berbeda, cobalah jalur darat ini. Saya paling tak pandai menggambarkan suasananya, and then I really would say, no words could describe it! Just Breataking!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar